Senin, Desember 06, 2010
Antara Saya (dan waktu demi waktu) dengan Perbankan Syariah
Jumat, Desember 03, 2010
TGIF, thanks God it's Friday
Tapi perasaan ini lebih kepada sesuatu yang berada didalam hati saya, segalanya terasa renyah di hari ini. bisa dibayangkan saat mencicipi hidangan yang renyah, seluruh organ mulut rasanya menari dan bergerak teratur tanpa beban , yummy, rasanya itulah satu-satunya makanan terlezat dan akan saya makan terus setiap hari. Menikmati hari rasanya juga tak lengkap tanpa asupan suplemen ke dalam otak maupun fisik. Selalu ada hasrat untuk menikmati hidangan intelektual, baik berupa percakapan bermutu disela-sela leisure time, atau bacaan ringan yang menginspirasi dan bahkan humor-humor segar yang tidak basi dan cerdas. what a nice life rolling.
Maka tak boleh juga melupakan kebutuhan fisik, sehabis sakit kemarin yang menggagalkan beberapa planning travelling ke luar kota, *untuk tidak mengatakan trauma, saya mulai banyak berfikir ulang untuk mulai mengatur beberapa pola asupan makanan yang masuk ke dalam tubuh, ngeri juga ketika membaca potongan kalimat kolom sehat di Reader Digest magz edisi Desember ini
Tak ada makanan atau kebiasaan makan yang dapat menghindarkan anda dari risiko kanker payudara. Walau begitu, ada makanan yang dapat menjaga tubuh anda sesehat mungkin, meningkatkan daya tahan tubuh dan menjaga risiko anda terkena kanker payudara serendah mungkinmm..cukup membuka pandangan bukan, dan saya akan memulainya bersama siapapun yang membaca kalimat ini.
ngomong-ngomong tentang hari, actually hingga beberapa hari kedepan, tepatnya hingga tanggal 10 Dec saya masih punya banyak agenda-agenda besar yang tak dapat dihindari, Laporan Pertanggung Jawaban yang jadi tugas terakhir saya di KSEI masih menyisakan beberapa kesemrawutan, terutama ketika saya harus berhadapan dengan ketua divisi yang setengah enggan menyelesaikan laporan lebih cepat yang tentunya akan sangat memudahkan saya melakukan editing dan preview beberapa laporan dengan Chief of KSEI. Waktu yang banyak diulur ini tentu akan menimbulkan stress tingkat tinggi di tanggal tepat deadline. Tapi satu-satunya cara menghadang tekanan yang kemungkinan besar will happen itu memang mengatasinya, dan mulai memaafkan diri bersama elemen disekitarnya.
teringat sebuah percakapan singkat di dunia maya,
teman: " rencananya 10 tahun kedepan gue udah bisa keliling dunia"saya mulai berfikir ternyata tak perlu indah, karena keindahan sesungguhnya memang ada di dalam hati. pasti teman saya itu ngibul besar waktu bilang 'the most', karena bukan matanya yang mengatakan, tapi hatinya. dalam hatinya tercipta sebuah ruang terindah untuk ibu pertiwi, bukan ibu pertiwi yang memberikan keindahan itu. Hingga pada akhirnya saya sanggup mengatakan, trully,, tempat terindah setelah surga adalah hati yang bahagia dan menerima.
saya: " mau ngapain lo keliling dunia, Indonesia gag cukup indah?"
teman: " Indonesia is the most wonderfull .."
saya: " hmm.."
back to the topic tentang hari, mengapa kemudahan sebuah hari sangat dipengaruhi oleh kondisi hati, jika tidak salah menganalisa, saya akan menjawabnya bahwa itu hanya sebuah proses yang terus bergulir, bahwa hati memang harus terus belajar untuk itu pada kesempatan yang Tuhan beri dan lalu kita tentukan dan pilih sendiri.
the result
Minggu-minggu ini rasanya hanya harus diisi dengan melatih mental, kenapa mental, the result of mid-exam on my face..
Sebenernya , sejak beberapa kuartal ini *meniru gaya ekonom, aku mulai abai pada yang namanya nilai ujian, tapi kondisi disekelilingku bener-bener tak ikut mendukung kebijakan gerilya ini. Aku memang secara sembunyi-sembunyi mengatakan 'hey, its not really work in your daily heal' *lho..
Tapi it does'nt mean I did'nt have effort to get my understanding,,for sure..
And darahku mendidih demi melihat seorang dosen bersabda "I can measures your understanding from your number",,oooooowww..what the .... Bukan untuk aku, untuk temanku yang pemahamannya begitu luas, dengan nilai yang hampir sama denganku, duh, wahai temanku, maafkan alam yang telah menyamakan nilai kita, padahal aku tau jauh diubun-ubunmu ada pengetahuan nan-luas terbentang. Yah ini alam, seperti teori om Darwin tentang teori survival for the fittest *walah, emang nyambung???, nyambung sajah, coba renungkan tentang bagaimana dia menilai bahwa makhluk yang lemah bakal cepet koit dimasa lalu dimakan keganasan alam, padahal bisa jadi otaknya cemerlang, but fisikly dia lost..argh,,ko jadi ga nyambung ghinie..
Balik lagi ke masalah mental, iyya, meski otak dan hati ini sudah ter-set bahwa nilai bukan yang menentukan hidup yang bakal aku jalani, tapi mental nilai itu tak tak pernah surut dari kehidupan orang-orang disekeliling aku, they say, 'ahh,,yang penting dapet nilai x, amaan', lho kenapa jadi begitu membatasi dengan nilai yang hanya se-x, kenapa bukan nilai sempurna, perfect value is a good thing for our satisfaction right. Jadi sebenernya apa yang difikirkan?
Well, aku jadi ikut terpengaruh untuk merasa cemas, cemas membayangkan komentar apa lagi yang akan aku dengar, dan lalu dari sisi apa lagi aku harus tergugah untuk miris.