Venue : Home sweet home..
Kemaren pagi,
gue nganterin ibu ke pasar sayur mayur deket rumah. Pagi hari pasar
masih crowded dan udah panas aja. Setelah membeli penganan kecil karena belum sarapan, kami melipir
ke tukang daging sapi kiloan.
Tadinya Umi –
panggilan saya ke Ibu- mau masuk ke dalam pasar lagi, tapi karena ramai jadi
kami cuma mampir di pedagang daging sapi yang berada di jalan sebelum ke dalam.
‘bang, beli
seperempat aja ya, buat sop doank’
’22 ribu bu’
Abang tukang
daging menimbang, dan Ibu bilang:
‘Bang, jangan
dikurangin ya timbangannya, beli disini dua kali dikurangin terus, kurang
setengah ons terus tuh’
‘ah masa bu,
kapan bu, disini mah timbangannya nya ngga pernah dikurangin’
‘nanti saya
timbang lagi dirumah, kalo kurang di balikin lagi ya bang’
‘ah ga bisa gitu
bu, kalo mau ditimbangnnya bawa depan
sini biar saya liat, ntar si ibu yang ngaku-ngaku kurang doang’
‘ah, ga bisa gitu
bang’ ibu saya nanggepin khas ibu sambil milih-milih daging.
Si abang selesai
nimbang daging, karena ibu saya dari tadi komplen tentang daging yang kurang
setiap kali belanja disitu, eh dia nambahin satu potong daging yang lumayan
besar dibanding potongan lainnya tanpa ditimbang (nah udah ditambah, karena
ngerasa bersalah mungkin). Pas udah
dibungkus, ada satu potong lemak putih, trus ibu bilang,
‘bang, ga mau
lemaknya ah, tuker daging aja.."
Si abang tukang
daging akhirnya nuker pake sepotong daging yang jauh lebih besar dan pasti lebih berat dari lemak kecil tadi
doank mah.
Pas sampe rumah,
karena emang udah bisa begitu, ibu langsung timbang dagingnya, dan ukurannya
pas banget 250 gram (1/4 kg) tanpa kurang tanpa lebih. Gue
langsung melongo,, ternyata emang bener,
kalo tadi ngga ditambahin satu potongan daging, dan satu potong lagi
pengganti
lemak bisa jadi ini daging cuma 200 gram. Berarti dari satu kilogram
daging, si
abang tukang daging nyurangin sekitar dua ons. Wow.. gue berdecak, luar
biasa
sekali kecurangan di pasar ini. Dan itu dilakukan dengan santainya
karena udah
terbiasa. (gue pernah liat orang yang berkata bohong, dan mengatakannya
dengan penuh ketenangan, kebijaksanaan dan senyum manis, bahkan dia
sadar ada gue disampingnya yang jelas-jelas tau, sumpah pengen muntah,
ahhahhaha)
Kecurangan ini dalam Ekonomi Islam biasanya dinamakan Ghabn. Ghabn itu secara umum dibagi dua, ada yang ringan (yasir) misalnya kekurangan timbangannya yang masih bisa ditolelir, biasanya karena bersifat ketidak-sengajaan dan wajar. Sementara untuk kasus pedagang diatas bisa dinamakan Ghabn Fahish (berat) yaitu kecurangan yang memang disengaja, dan jelas-jelas merugikan konsumen. CMIIW.
Kecurangan ini dalam Ekonomi Islam biasanya dinamakan Ghabn. Ghabn itu secara umum dibagi dua, ada yang ringan (yasir) misalnya kekurangan timbangannya yang masih bisa ditolelir, biasanya karena bersifat ketidak-sengajaan dan wajar. Sementara untuk kasus pedagang diatas bisa dinamakan Ghabn Fahish (berat) yaitu kecurangan yang memang disengaja, dan jelas-jelas merugikan konsumen. CMIIW.
Kecurangan ini
sebenernya udah bukan hal baru, sejak jaman kenabian selalu ada kecurangan. Bisa
dilihat di surat Al-Muthoffifin (QS:83):
(1) Kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang
curang
(2) (yaitu)
orang-orang yang apabila menerima takaran dari orang lain mereka minta dipenuhi
(3) dan apabila
mereka menakar, atau menimbang untuk orang lain, mereka mengurangi.
Dan kalo dibaca
seterusnya, menjelaskan lebih detail tentang azab yang akan diterima si pelaku.
(Betapa lengkap al-Quran ini membahas perilaku-perilaku menyimpang yang nyata yang
dilakukan manusia sehari-hari, thanks God I’m Moslem, :D ).
Dan ngga salah
juga Rasul pernah bersabda, bahwa ‘pedagang yang jujur akan bersama para nabi dan
orang-orang yang sholeh di surga nanti’.Langsung spesifik pedagang loh redaksinya, hal
ini menandakan betapa mulianya pedagang yang jujur sekaligus menunjukkan betapa
sulitnya jadi pedagang yang jujur dan amanah itu.
Ternyata,
persoalan
kejujuran ini memang bukan perkara mudah untuk diaplikasikan dalam
kehidupan sehari-hari. Manusia, cenderung berperilaku tidak jujur, demi
memperoleh keuntungan dirinya sendiri. Dan peluang untuk curang itu
memang
selalu ada. Seorang mahasiswa punya peluang untuk berperilaku curang
ketika
ujian, dengan membawa contekan atau mencontek ke teman sebelahnya.
Seorang mahasiswa
punya peluang untuk berbohong mengenai biaya kuliah dan biaya buku
kepada
orangtuanya di rumah/dikampung, -gue mencontohkan mahasiswa karena masih
belum lama lepas dari status mahasiswa :p-. Dan selanjutnya tentu
saja perkara-perkara kecurangan yang biasa kita lihat di negeri ini
dilakukan
oleh para pejabat publik kita. Sudah menjadi santapan sehari-hari bukan?
Sudah ngga
aneh kan? Hahaha.
Yapss..
ketidak-jujuran bisa dilakukan oleh siapa saja, miris melihat
kebohongan nyata yang dilakukan oleh orang-orang terdekat. Hi guys, you’re
potentially become a corruptor in the
future. Padahal setiap hari orang-orang ini pula yang meneriakkan anti korupsi,
mengkritik komisi pemberantasan korupsi, mencibir pejabat yang sudah dijadikan tersangka, dan
tertawa terbahak-bahak melihat koruptor divonis hakim.
Mari kita mulai
dari diri sendiri, dari hal sekecil apapun. Koruptor yang sekarang ini diseret
oleh komisi pemberantasan korupsi, adalah orang-rang yang meneriakkan reformasi
loh, karena rezim orde baru yang korup. Tapi ya sebatas itu aja, sesuatu yang
lebih besar sesungguhnya ada dalam dirinya, sudahkah di a membersihkan dirinya
sebelum mencoba membersihkan negeri ini???. Sudahkah KITA??
Mari sama-sama
membangun kejujuran, bukan demi siapa-siapa, tapi demi diri kita sendiri, demi
anak-anak kita nanti, dan demi bangsa ini jika kelak kita diamanahi memimpin
bangsa tercinta ini.
Gue pernah nemu quote bagus:
Kejujuran adalah harga yang sangat mahal, jangan harap kita bisa mendapatkannya dari orang murahan.
huwa,,,teh, kita sependapat ya,,,,, jujur itu bukan basic teh, perlu keberanian dan kematangan mental bagi kita yg dewasa (berbeda dengan jujur seorang anak kecil)...
BalasHapusyap betul sekali din,, miris yah liat gedung kpk rame bgt akhir2 ini.. :(#belatedcomment..
Hapus