Minggu, Maret 31, 2013

Stairway to heaven

Kabar penting: modem gw no longer working, usianya udah 2.5 tahun, jadi gue menggunakan smartphone (hotspot wifi portable) kalo mau berselancar di rumah. :((.

Akhir pekan kotaku diguyur hujan, tapi udara masih saja terasa panas. Libur panjang kali ini saya isi dengan berdiam di rumah saja, berbekal beberapa pekerjaan yang juga menunggu untuk diselesaikan. jadi ini kabar yang sangat tidak penting :p.

Beberapa minggu ini gue lagi mikir tentang melanjutkan pendidikan lagi di Indonesia (saja), tapi pas liat harganya, jadi mikir dua kali sih, bayaran satu semester di UI kelas weekend aja udah empat bulan gaji gue, nyiapin uang pangkal lumayan gede banget, belum lagi waktu yang mesti terbagi antara penelitian (tesis) dan kerjaan di kantor (meski soal ini bisa disiasati, maklum mantan mahasiswa deadliners :p).Oiya kata teman saya, soal biaya juga sebenernya ngga usah khawatir-khawatir amat, karena ada beasiswa-beasiswa yang ditawarkan di tengah-tengah pendidikan dengan syarat2 tertentu.

Beberapa hari yang lalu, ketemu ma bang adiwarman karim, beliau kebetulan satu tim penelitian dengan bos saya, dan saya sebagai asisten selalu ngebuntutin mereka :D, lalu akhirnya ngobrol-ngobrol tentang s2, dan gue dimarahin abis2an pas bilang cita-cita gue minimal ambil Islamic Finance di Malaysia. Beliau bilang, kalo punya cita-cita tuh yang tinggi, masa pengen kuliah ke Malaysia?? bwahahaha, malu abis gue digituin. Setau gue kan Islamic Finance yang udah berkembang di dunia ini ya Malaysia. Tapi beliau bilang, ilmu kamu tuh harus setara sama mereka-mereka yang kuliah di ivy league kalo pengen nantinya melawan mereka. Kalo soal ekonomi Islam, itu mah udah ada dalam darah daging kita, tinggal bagaimana kita punya bargaining position dengan bersaing bersama mereka di kampus-kampus mentereng di dunia. JREEENGG..

Ini jadi titik balik dalam pemikiran gue tentang mengambil pendidikan lanjut, tsaaaahh.. gue jadi bertekad untuk mencari jalan menuju ke kampus2 mentereng itu. Jalannya mungkin akan panjang, tapi gue, dan juga rekan-rekan yang lain yang sedang terus berusaha membumikan 'pemahaman ini' mungkin harus menapakinya.
Berjuang demi ekonomi Islam itu ya memang berat perjuangannya brader,,  harus berusaha sekuat tenaga menduduki posisi-posisi strategis, kalo ngga begitu sulit sekali mengimplementasikannya di negeri kita ini, atau bahkan dimanapun. Pemerintah kita ngga pernah punya blueprint yang jelas,  semuanya diserahkan kepada maunya pasar, bottom up, berat sodara-sodara, market sharenya masih dibawah 5% setelah berdarah-darah diusung sejak 1992. Padahal perbankan syariah itu baru satu titik kecil saja dari sistem ekonomi Islam, itu pun masih sangat market follower. Ahhh.. seakan gue sedang menatap stairway to heaven, panjaang, dan seperti tak ada ujungnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar