Sabtu, Januari 05, 2013

Sudahkah anda Jujur?

Backsound: randomly Linkin Park and Jason Mraz
Venue : Home sweet home..

Kemaren pagi, gue nganterin ibu ke pasar sayur mayur deket rumah.  Pagi hari pasar masih crowded dan udah panas aja. Setelah membeli penganan kecil karena belum sarapan, kami melipir ke tukang daging sapi kiloan.
Tadinya Umi – panggilan saya ke Ibu- mau masuk ke dalam pasar lagi, tapi karena ramai jadi kami cuma mampir di pedagang daging sapi yang berada di jalan sebelum ke dalam. 
‘bang, beli seperempat aja ya, buat sop doank’
’22 ribu bu’
Abang tukang daging menimbang, dan Ibu bilang:
‘Bang, jangan dikurangin ya timbangannya, beli disini dua kali dikurangin terus, kurang setengah ons terus tuh’
‘ah masa bu, kapan bu, disini mah timbangannya nya ngga pernah dikurangin’
‘nanti saya timbang lagi dirumah, kalo kurang di balikin lagi ya bang’
‘ah ga bisa gitu bu, kalo mau ditimbangnnya  bawa depan sini biar saya liat, ntar si ibu yang ngaku-ngaku kurang doang’
‘ah, ga bisa gitu bang’ ibu saya nanggepin khas ibu sambil milih-milih daging.
Si abang selesai nimbang daging, karena ibu saya dari tadi komplen tentang daging yang kurang setiap kali belanja disitu, eh dia nambahin satu potong daging yang lumayan besar dibanding potongan lainnya tanpa ditimbang (nah udah ditambah, karena ngerasa bersalah mungkin).  Pas udah dibungkus, ada satu potong lemak putih, trus ibu bilang,
‘bang, ga mau lemaknya ah, tuker daging aja.."
Si abang tukang daging akhirnya nuker pake sepotong daging yang jauh lebih besar  dan pasti lebih berat dari lemak kecil tadi doank mah.
Pas sampe rumah, karena emang udah bisa begitu, ibu langsung timbang dagingnya, dan ukurannya pas banget 250 gram (1/4 kg) tanpa kurang tanpa lebih.  Gue langsung melongo,, ternyata emang bener, kalo tadi ngga ditambahin satu potongan daging, dan satu potong lagi pengganti lemak bisa jadi ini daging cuma 200 gram. Berarti dari satu kilogram daging, si abang tukang daging nyurangin sekitar dua ons. Wow.. gue berdecak, luar biasa sekali kecurangan di pasar ini. Dan itu dilakukan dengan santainya karena udah terbiasa. (gue pernah liat orang yang berkata bohong, dan mengatakannya dengan penuh ketenangan, kebijaksanaan dan senyum manis, bahkan dia sadar ada gue disampingnya yang jelas-jelas tau, sumpah pengen muntah, ahhahhaha)

Kecurangan ini dalam Ekonomi Islam biasanya dinamakan Ghabn. Ghabn itu secara umum dibagi dua, ada yang ringan (yasir) misalnya kekurangan timbangannya yang masih bisa ditolelir, biasanya karena bersifat ketidak-sengajaan dan wajar. Sementara untuk kasus pedagang diatas bisa dinamakan Ghabn Fahish (berat) yaitu kecurangan yang memang disengaja, dan jelas-jelas merugikan konsumen. CMIIW.

Kecurangan ini sebenernya udah bukan hal baru, sejak jaman kenabian selalu ada kecurangan. Bisa dilihat di surat Al-Muthoffifin (QS:83):
(1)  Kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang curang
(2) (yaitu) orang-orang yang apabila menerima takaran dari orang lain mereka minta dipenuhi
(3) dan apabila mereka menakar, atau menimbang untuk orang lain, mereka mengurangi.
Dan kalo dibaca seterusnya, menjelaskan lebih detail tentang azab yang akan diterima si pelaku. (Betapa lengkap al-Quran ini membahas perilaku-perilaku menyimpang yang nyata yang dilakukan manusia sehari-hari, thanks God I’m Moslem, :D ).
Dan ngga salah juga Rasul pernah bersabda, bahwa ‘pedagang yang jujur akan bersama para nabi dan orang-orang yang sholeh di surga nanti’.Langsung spesifik pedagang loh redaksinya, hal ini menandakan betapa mulianya pedagang yang jujur sekaligus menunjukkan betapa sulitnya jadi pedagang yang jujur dan amanah itu.
Ternyata, persoalan kejujuran ini memang bukan perkara mudah untuk diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Manusia, cenderung berperilaku tidak jujur, demi memperoleh keuntungan dirinya sendiri. Dan peluang untuk curang itu memang selalu ada. Seorang mahasiswa punya peluang untuk berperilaku curang ketika ujian, dengan membawa contekan atau mencontek ke teman sebelahnya. Seorang mahasiswa punya peluang untuk berbohong mengenai biaya kuliah dan biaya buku kepada orangtuanya di rumah/dikampung, -gue mencontohkan mahasiswa karena masih belum lama lepas dari status mahasiswa :p-. Dan selanjutnya tentu saja perkara-perkara kecurangan yang biasa kita lihat di negeri ini dilakukan oleh para pejabat publik kita. Sudah menjadi santapan sehari-hari bukan? Sudah ngga aneh kan? Hahaha. 
Yapss.. ketidak-jujuran bisa dilakukan oleh siapa saja, miris melihat kebohongan nyata yang dilakukan oleh orang-orang terdekat. Hi guys, you’re potentially  become a corruptor in the future. Padahal setiap hari orang-orang ini pula yang meneriakkan anti korupsi, mengkritik komisi pemberantasan korupsi, mencibir  pejabat yang sudah dijadikan tersangka, dan tertawa terbahak-bahak melihat koruptor divonis hakim.
Mari kita mulai dari diri sendiri, dari hal sekecil apapun. Koruptor yang sekarang ini diseret oleh komisi pemberantasan korupsi, adalah orang-rang yang meneriakkan reformasi loh, karena rezim orde baru yang korup. Tapi ya sebatas itu aja, sesuatu yang lebih besar sesungguhnya ada dalam dirinya, sudahkah di a membersihkan dirinya sebelum mencoba membersihkan negeri ini???. Sudahkah KITA?? 
Mari sama-sama membangun kejujuran, bukan demi siapa-siapa, tapi demi diri kita sendiri, demi anak-anak kita nanti, dan demi bangsa ini jika kelak kita diamanahi memimpin bangsa tercinta ini.

Gue pernah nemu quote bagus:
Kejujuran adalah harga yang sangat mahal, jangan harap kita bisa mendapatkannya dari orang murahan.

2 komentar:

  1. huwa,,,teh, kita sependapat ya,,,,, jujur itu bukan basic teh, perlu keberanian dan kematangan mental bagi kita yg dewasa (berbeda dengan jujur seorang anak kecil)...

    BalasHapus
    Balasan
    1. yap betul sekali din,, miris yah liat gedung kpk rame bgt akhir2 ini.. :(#belatedcomment..

      Hapus